I.
Judul
Percobaan :
Titrasi Pengendapan dan Aplikasi
II.
Tanggal
Percobaan :
21 November 2011
III.
Selesai
Percobaan : 21
November 2011
IV
Tujuan
Percobaan : 1.
Membuat dan menentukan standarisasi larutan AgNO dengan NaCl
2. Menentukan kadar Cl-
dalam air laut
V. Dasar Teori
Reaksi pengendapan telah dipergunakan
secara luas dalam kimia analitik, dalam penentuan gravimetric dan dalam
pemisahan sample menjadi komponen-komponennya. Pengendapan merupakan sebuah
taknik dasar yang sangat penting dalam banyak prosedur analitik.
Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi
pengendapan tidak berjumlah banyak dalam analisis titrimetrik seperti
titrasi-titrasi yang terlibat dalam reaksi redoks atau asam basa. Contoh dari
titrasi pengendapan dibatasi pada yang melibatka pngendapan dari ion perak
dengan anion-anion seperti halogen atau tiosinat. Penggunaan reaksi semacam ini
terbats karena kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama
dalam titrasi dari larutan encer dan titran ditambahkan secara perlahan,
penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan tingkat pengendapan menjadi
lambat.
Dasar reaksi titrasi pengendapan ialah
terjadinya endapan pada reaksi antara zat analit dengan penitrasi, misalnya :
Ag+ + X- → AgX(g) dimana X = halogen
Ag+ + CrO4-
→ Ag2CrO4(s) merah
bata
Indikator K2CrO4
digunakan pada titrasi antara ion halida dan ion perak, dimana kelebihan ion Ag+
akan bereaksi dengan CrO4- membentuk perak kromat yang
berwarna merah bata (Cara Mohr).
Pada
titik ekivalen :
Ekivalen
Ag+ = Ekivalen Cl-
Ada beberapa cara unuk menentukan saat
tercapai titik ekivalen pada titrasi pengendapan :
1. Dengan
pembentukan endapan berwarna ( Cara Mohr )
2. Dengan
pembentukan persenyawaan berwarna yang larut ( Cara Volhard )
3. Dengan
indikator adsorpsi ( Cara Fajans )
1.
CARA MOHR
Indikator
K2CrO4, titran adalah AgNO3. Terutama untuk
menentukan garam klorida dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak
dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan NaCl berlebih. pH harus diatur
agar tidak terlalu asam maupun terlalu basa (antara 6 dan 10).Indikator
menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titrant sehingga
terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir karena
warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi
reaksi :
Ag+
+ Cl- AgCl
Sedang
pada titik akhir, titrant juga bereaksi menurut reaksi :
2Ag+ +
CrO4-
Ag2CrO4
Konsentrasi
CrO4- yang ditambahkan sebagai sebagai indikator tidak
boleh sembarang, tetapi harus dihitung berdasar Ksp AgCl dan Ksp
Ag2CrO4.
2.CARA VOLHARD
Indikator Fe3+ titrant KSCN
atau NH4SCN. Untuk menentukan garam perak dengan titrasi langsung,
atau garam–garam khlorida, bromida, iodida, tiosianat, dengan titrasi kembali
setelah ditambah larutan baku AgNO3 berlebih. juga untuk anion-anion
lain yang lebih mudah larut dari AgSCN, tetapi dengan usaha khusus. pH harus
cukup rendah, kira-kira 0,3 M H+, agar Fe3+ tidak
terhidrolisa.
3.CARA FAJANS
Indikatornya ialah salah satu indikator
adsorpsi menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+, pH tergantung
dari macam anion dan indikator yang dipakai.
Faktor yang perlu di pertimbangkan dalam
memilih sebuah indikator adsorpsi yang cocok untuk sebuah titrasi pengendapan.
Faktor-faktor ini dirangkum di bawah ini :
1. AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental menjadi
partikel-partikel besar pada titik ekivalen, mengingat hal ini akan menurunkan
secara drastis permukaan yang tersedia untuk adsorpsi dari indikator.
2. Adsorpsi dari indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik
ekivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen.
3. Ph dari media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah
konsentrasi ion dari indikator asam lemah atau basa lemah tersedia cukup.
4. Amat disarankan bahwa ion
indikator bermuatan berlawanan dengan ion yang ditambahkan sebagai titran.
Jadi dalam tiga cara tersebut titrant
masing-masing tertentu, indicator dan Ph untuk cara Mohr dan Volhart tertentu,
sedang dalam cara Fajans indikator tidak harus tertentu dan Ph disesuaikan
dengan indikator.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan adalah sebagai berikut :
1. Temperatur.
Semakin meningkat temperatur, maka meningkat pula kelarutannya.
2. Pemilihan
Pelarutan. Garam anorganik lebih dapat larut dalam air dari pada dalam larutan organik, kelarutan
dalam air lebih besar dari pada dalam larutan organik.
3. Efek
ion-sekutu. Dengan adanya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah
endapan bisa jadi lebih besar dari pada tetapan kelarutan produk.
4. Efek
aktivitas.
5. Efek
Ph.
6. Efek
hidrolisis.
7. Hidroksida
metal.
8. Efek
pembentukan kompleks.
VI.
Alat
dan Bahan
·
Alat
– alat
1. Labu Ukur 100 mL 1 buah
2. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
3. Buret 1 buah
4. Spatula 1 buah
5. Pipet Gondok 10 ml 1 buah
6. Gelas Ukur 2 buah
7. Pipet tetes 6 buah
·
Bahan
1. NaCl
2. Air
suling
3. AgNO3
4. Indikator
metyl jingga
5. Air
Laut
VII.
CARA KERJA
Penentuan
(standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl sebagai baku
NaCl
|
·
Ditimbang 0,062 g
·
Dipindahkan dalam labu ukur 100 ml
·
Dilarutkan dengan air suling
·
Diencerkan sampai tanda batas
|
Hasil
|
Hasil
|
·
Dipipet sebanyak 25 mL dengan pipet
seukuran
·
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100ml
·
Ditambah 10 ml air suling
·
Ditambah 5 tetes indikator K2CrO4
|
Buret
|
·
Dibilas dan diiisi dengan AgNO3
|
AgNO3
dalam buret
|
Digunakan
untuk titran
|
·
Ditritasi sambil terus dikocok
·
Titrasi dihentikan saat terjadi endapan merah bata
|
Hasil
|
·
Dibaca dan dicatat angka pada buret saat awal
dan akhir titrasi
·
Dicatat volume larutan AgNO3 yang
digunkan dalam titrasi
·
Dihitung konsentrasi AgNO3
|
Hasil
|
|
Penentuan Kadar Cl- Dalam Air Laut
Air laut
|
·
Diukur massanya dengan neraca analitis
·
Diukur volumenya
·
Dicari massa jenisnya
|
Hasil
|
·
Dipipet 10 ml
·
diencerkan dalam labu ukur 100 ml
|
Hasil
|
·
Dipipet 10 ml
·
Diencerkan dalam labu ukur 100 ml
|
Hasil
|
·
Diambil 10 ml
·
Ditambahkan 5 tetes K2CrO4
5 %
|
Hasil
|
·
Dititrasi dengan AgNO3 sampai
terjadi endapan merah bata
|
Hasil
|
*percobaan dilakukan 3 kali*percobaan dilakukan 3 kali
|
VIII. Hasil
Pengamatan
Penentuan
(standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai baku
No. perc.
|
Alur
|
Hasil Pengamatan
|
Dugaan / Reaksi
|
Simpulan
|
|||||||
1.
|
|
NaCl : serbuk putih
indikator K2CrO4 : kuning
AgNO3 : jernih tak berwarna
Larutan Baku : jernih tak berwarna
Larutan Baku + indikator
K2CrO4
: kuning jernih
larutan setelah dititrasi : Merah bata dan ada endapan.
V AgNO3 :
V1 = 7,7 ml
V2 = 8,0 ml
V3 = 8,1 ml
|
Di
lampiran
|
1.
[ AgNO3
] = 0,0137 N
2.
[ AgNO3
]= 0,0132 N
3.
[ AgNO3
] = 0,0131 N
4.
[ AgNO3
] rata-rata = 0,0133N
|
No. perc.
|
Alur
|
Hasil Pengamatan
|
Dugaan / Reaksi
|
Simpulan
|
|||||||||||
1.
|
|
Air laut : jernih, tak berwarna
AgNO3 : Jernih tak berwarna
larutan baku : jernih tak berwarna
larutan baku + indikator : kuning
larutan setelah titrasi : merah bata dan terdapat
endapan.
v AgNO3
v1 = 1,6 ml
v2 : 1,9 ml
v3 : 2,0 ml
|
Di lampiran
|
1.
%Cl-
= 7,2640%
2.
%Cl-
= 8,4235 %
3.
%Cl-
= 9,0719 %
%Cl- rata-rata =
8,2531%
|
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1.
Standarisasi
larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl
Dalam
suatu proses standardisasi
suatu larutan diperlukan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya terlebih
dahulu. Larutan yang diketahui konsentrasinya ini disebut larutan baku. Pada
standardisasi AgNO3 dengan
menggunakan
larutan
NaCl
sebagai
baku, langkah pertama yang dilakukan
adalah menimbang NaCl yang berbentuk serbuk berwarrna
putih sebanyak ± 0,062 gram. Kemudian kita membuat larutan baku dari zat NaCl yang telah ditimbang yaitu dengan memindahkannya pada labu ukur 100 ml dan
ditambahkan dengan air suling dan dikocok agar NaClterlarut
sempurna. Setelah itu baru diencerkan dengan menambahkan air suling sampai
tanda batas pada labu ukur. Dalam penambahan air suling tidak boleh melebihi
tanda batas karena jika telah melebihi tanda batas maka dianggap telah gagal
dalam pembuatan larutan baku. Dimana air suling dalam percobaan ini digunakan sebagai
pelarut karena sifatnya yang polar. Dari pembuatan larutan baku didapatkan
konsentrasi larutan baku NaCl adalah 0,0106 N. Dan reaksi yang terjadi adalah :
Setelah pembuatan
larutan baku NaCl, langkah selanjutnya
dilakukan titrasi NaCl sebagai baku (analit)
dengan larutan AgNO3
sebagai titran yang dicari konsentrasinya.Larutan
baku NaCl digunakan untuk menstandartkan larutan AgNO3
dengan cara mengambil sebanyak 10 mL larutan baku (analit) dengan menggunakan pipet seukuran (pipet gondok) agar larutan yang diambil tepat (valid) atau dengan kata lain untuk meminimalisir kesalahan. Selain itu volume
pipet gondok telah ditentukan dengan standar ketelitian yang variabel dengan
tingkat ketelitian pengukuran yang tinggise hingga keakuratannya terjamin.Selanjutnya
larutan baku yang telah dipipet dimasukkan dalam
erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan air suling sebanyak
10 mL yang bertujuan untuk memperjelas pengamatan pada saat titrasi tanpa
menggunakan pipet seukuran. Penambahan air tidak dengan menggunakan pipet
seukuran (tidak harus setepat pengambilan NaCl) namun menggunakan gelas ukur
karena tidak diperhitungkan nantinya konsentrasi air suling yang
diambil. Setelah itu, menyiapkan larutan AgNO3untuk
distandarisasi yaitu dengan memasukkan larutan AgNO3
(tiran) pada buret yang sebelumnya telah
disiapkan dan telah dibersihkan.
Ketika akan melakukan
titrasi ditambahkan 5 tetes indikator K2CrO45
% yang berwarna kuning pada larutan baku yang
ada pada erlenmeyer.Titrasi menggunakan perak nitrat sebagai titran
dimana akan terbentuk garam yang sukar larut. Standarisasi larutan AgNO3 dengan
NaCl merupakan titrasi yang tergolong dalam presipitimetri jenis argentometri.
Reaksi yang terjadi adalah :
Metode Mohr biasanya digunakan
untuk mentitrasi ion halida seperti NaCl dengan AgNO3 sebagai
pentitran dan K2CrO4 sebagai indikator. Ketika NaCl
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan indikator K2CrO4 yang
kemudian dititrasi sedikit demi sedikit dengan AgNO3 akan
terbentuk endapan putih yang merupakan AgCl. Dan ketika NaCl sudah habis
bereaksi dengan AgNO3 sementara jumlah AgNO3 masih
ada maka AgNO3 akan bereaksi dengan indikator K2CrO4 yang
berwarna krem. Dalam titrasi ini, perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokannya pun juga kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi
AgO yang menyebabakan titik akhir titrasi menjadi sulit dicapai.
Kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan dengan megukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan.
Pada titik akhir titrasi akan
menunjukkkan perubahan warna suspensi dari kuning manjadi kuning-coklat.
Perunbahan ini terjadi karena timbulnya Ag2CrO4 saat
hampir mencapai titik ekivalen, hampir semua ion Cl- berikatan
manjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini adalah AgNO3 yang
memiliki normalitas 0,100 N, adanya indikator K2CrO4 menyebabkan
terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga terbentuk endapan
yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir adalah perubahan
warnanya dari warna endapan analit dengan Ag+. Pada
analisa Cl- terjadi reaksi :
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2 CrO4 (s)
Pengaturan pH sangat diperlukan
agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi jadi pengendalian pH sangat diperlukan
untuk memberikan konsentrasi yang tepat dari anion indikator tanpa mengendapkan
zat yang tidak diinginkan. Apabila pH terlalu tinggi maka akan tenrbentuk
endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran
terlalu banyak terpakai. Dan reaksi yang akan terjadi adalah :
2Ag+(aq) + 2OH-(aq) 2AgOH (s) Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian
akan berubah manjadi Cr2O7-, reaksi yang akan
terjadi adalah :
2H+ + 2CrO4-2 Cr2O7-2 +
H2O
Reaksi inilah yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak
menimbulkan endapan atau sanagt terlambat.
Selama titrasi larutan harus
diaduk atau digoyang secara baik bila tidak akan terjadi kelebihan titran yang
menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan dioklusi
oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian, akibatnya titik akhir manjadi tidak
tajam.
Titrasi dalam percobaan ini
dilakukan sebanyak 3 kali. Dan dari percobaan kami diperoleh V1AgNO3
sebanyak 7,7 mL, V2 AgNO3 sebanyak 8,0 mL, dan V3 AgNO3
sebanyak 8,1 mL. Sehingga diperoleh Normalitas AgNO3 0,0133 N
melalui rumus N1.V1 = N2.V2(mek HCl = mek AgNO3).
Kelemahan titrasi ini adalah
jika terjadi kelebihan titran akan menyebabkan indikator mengendap sebelum
titik ekivaklen tercapai, sehingga titik akhir titrasi tidak akurat. Selain itu
indikator kalium kromat juga harus dengan konsentrasi tertentu, jika kelebihan
warna kalium kromat akan menjadi kuning sehingga perubahan warna pada saat
titik ekivalen sulit dilihat karena kalium romat bereaksi dengan AgNO3 membentuk
Ag2Cr2O4 yang berwarna krem.
2.
Menentukan
kadar Cl- dalam air laut
Pada aplikasi titrasi pengendapan yaitu
penentuan kadar Cl- dalam air laut, langkah pertama yang dilakukan
adalah
dengan mengukur berat jenis air laut,yaitu dengan menimbang piknomete rkosong dan juga menimbang piknometer yang sudah
diisi
dengan air laut. Dari sini
dapat
dihitung
massa jenis air laut. Yaitu
dengan
menggunakan
rumus
. Dimana m (massa) diperoleh
dengan
mengurangi
massa
piknometter yang sudah
diisi
dengan air laut
dengan
massa
piknometer
kosong. Sedangkan Volume
diproleh
dar
ivolume piknometer
itu
sendiri. Dan pada
percobaan
ini
diperoleh
massa
jenis air laut
adalah 1,0409 g/mL.Setelah
itu, air laut
dalam
piknometer
dipipet 10 mLdan
diencerkan 1000 kali pada
labu
ukur 100 mL.Kemudian
dari
larutan yang sudah
diencerkan
tersebut
diambil 10 mL dengan
menggunakan pipet gondok,
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambah 5 tetes indicator K2CrO4
5 % sehingga larutan yang awalnya bening tak berwarna berubah menjadi kuning
bening. Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 yang telah
distandarisasi yaitu 0,0133
N.
Adanya indikator K2CrO4 menyebabkan
terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga terbentuk endapan
yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir adalah perubahan
warnanya dari warna endapan analit dengan Ag+. Pada
analisa Cl-terjadi reaksi :
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2 CrO4 (s)
Titrasi
dihentikan
sampai
terdapat endapan berwarna kemerah-merahan dimana endapan tersebut adalah Ag2CrO4
yang merupakan reaksi antara indikator K2CrO4 dengan AgNO3
pada titik akhir titrasi.Titrasi
aplikasi
ini
dilakukan
sebanyak 3 kali. Dan volume
AgNO3berturut-turut yang diperlukan
adalah
sebesar
V1 = 1,6
mL; V2 = 1,9
mL; V3 = 2,0 mL, dan diperoleh kadar rata – rata Cl-
dalam air laut
adalah
sebesar 8,2531 %.
X. DISKUSI
Dalam percobaan titrasi pengendapan ini adabeberapa kendala yang kami dapatkan, yaitu
pada
saat
melakukan
aplikasi
dar
ititrasi
pengendapan
dalam
menentukan
kadar
Cl-dalam air
laut. Dalam melakukan percobaan ini, air laut terlebih dahulu diencerkan 1000 kali dengan
menggunakan
labu
ukur 100 mL. Dan dalam
pengenceran
ini
dapat
diketahui
bahwa
hanya
beberapa
tetessaja air laut yang ada
dalam
larutan
baku
karena
telah
diencerkan
sebanyak 1000 kali. Sehingga
dalam
penentuan
kadarCl-
dalam air laut
pun
tidak
bias
diperoleh
hasil
yang maksimal.
XI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan
dan analisis data serta pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Standarisasilarutan AgNO3denganlarutanNaCl
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
normalitas atau konsentrasi AgNO3 (argentum nitrat) dapat
diketahui melalui analisis menggunakan metode titrimetri, titrasi
argentometri dengan standar primer natrium klorida (NaCl) 0,0106 N yang
melibatkan K2CrO4 sebagai indikator yang menunjukkan
perubahan warna menjadi endapan merah bata pada titik ekivalen.
Konsentrasi dari AgNO3 dapat
diketahui berdasarkan volume AgNO3 rata-rata yang diperoleh
dari titrasi dan dengan rumus N1.V1 = N2. V2(mek
HCl = mek AgNO3) didapatkan konsentrasi AgNO3 0,0133
N.
2.
PenentuankadarCl- dalam air laut
Penentuan
kadarCl- dalam
airlaut
dapat
dikeahui
melalui
analisi
smenggunakan
metode
titrasiar
gentometri yang melibatkanK2CrO4 sebagai indikator yang menunjukkan
perubahan warna menjadi endapan merah bata pada titik ekivalen.
Perhitungan
kadarCl-
dalam sampel air lautanalisisdenganmenggunakan rumus persen berat. Dan diperolehkadarCl- rata – rata
adalahsebesar 8,2531 %.
DAFTAR
PUSTAKA
Basset,
J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Edisi 4. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Day,
R.A. Underwood.A.L.1986. Quantitative Analysis. New York: Prentice Hall (terjemahan
oleh A. Hadyana P 1998). Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke-6) Jakarta :
Erlangga.
Tim
DDKA. 2001. Panduan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA Unesa.
LAMPIRAN
1.
Penentuan
(standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai baku
Diketahui : massa NaCl = 0,062 gram = 62 mg
v NaCl = 10 ml
v AgNO3= 7,7 ml ; 8 ml ; 8,1 ml
ditanya :
[AgNo3] rata-rata.........?
jawab :
mmol NaCl =
= 1,0609 mmol
M NaCl =
= 0,0106 M
N NaCl =
=
= 0,0106 N
I.
m.ek NaCl = m.ek AgNO3
0,0106N.10 ml =
N AgNO3 . 7,7 ml
N AgNO3 =
0,0137 N
II.
m.ek NaCl = m.ek AgNO3
0,0106 N . 10 ml = N AgNO3 . 8 ml
N AgNO3 = 0,0132 N
III.
m.ek NaCl =
m.ek AgNO3
0,0106 N . 10 ml = N AgNO3 . 8,1 ml
N AgNO3 = 0,0131 N
[AgNO3] rata-rata =
= 0,0133 N
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
2. Penentuan Kadar Cl-
Dalam Air Laut
Diketahui : massa air laut = 52,0485 gram
V air laut = 50 ml
V sampel = 10 ml
N AgNO3 = 0,0133 N
V AgNO3 = 1,6 ml ; 1,9 ml; 2 ml
ditanya : %Cl-............?
jawab :
ρ air laut =
= 1,0409 g/ml
massa sampel =
ρ . V sampel
= 1,0409 g/ml .
10 ml
= 10,04090 gram
I.
m.ek Cl- = m.ek AgNO3
= 0,013 N . 1,6 ml
= 0,0213 m.ek
massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0213 m.ek . 35,5 mg
/ m.ek
= 0,7561 mg
massa Cl-
dalam 1000 ml =
II.
m.ek Cl- = m.ek AgNO3
= 0,013 N . 1,9 ml
= 0,0247 m.ek
massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0247 m.ek . 35,5 mg
/ m.ek
= 0,8768 mg
massa Cl-
dalam 1000 ml =
III.
m.ek Cl- = m.ek AgNO3
= 0,013 N . 2,0 ml
= 0,0266 m.ek
massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0266 m.ek . 35,5 mg
/ m.ek
= 0,9443 mg
massa Cl-
dalam 1000 ml =
Kadar Cl-
rata-rata =
= 8,2531 %
REAKSI
3.
4.
5.
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2 CrO4 (s)
LAMPIRAN
FOTO HASIL PERCOBAAN
1.
StandarisasilarutanAgNO3dengan
NaCl
HasilSetelahtitrasidarikirikekanan
:
V1HCl : 3,0 mL
V2HCl : 3,0 mL
V3HCl : 3,0 mL
|
HasilSetelahtitrasidarikirikekanan
:
V1AgNO3 : 7,7 mL
V2AgNO3 : 8,0 mL
V3AgNO3 : 8,1 mL
|
2.
PenentuankadarCl-dalamair
laut
HasilSetelahtitrasidarikirikekanan
:
V1AgNO3 : 1,6 mL
V2AgNO3 : 1,9 mL
V3AgNO3 : 2,0mL
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar